Apa yang akan kamu lakukan jika keinginan kamu untuk meraih cita-cita ditentang orang tua ??
Apa yang kamu rasakan ketika menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan keinginanmu ??
Dan mana yang akan kamu pilih antara keinginan diri sendiri atau pilihan orang tua ??
Novel
ini akan menjawab apabila menjalani pilihan orang tua dengan ikhlas dan
sepenuh hati maka semua akan berakhir indah dan kebahagian untuk kita.
Novel
ini bercerita tentang perjalanan seorang anak bernama Alif. Alif adalah
anak desa yang ditinggal di Bayur , kampung kecil di dekat Danau
Maninjau Padang, Sumatera Barat. Alif dari kecil sudah bercita-cita
ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah
berencana melanjutkan sekolah Ke SMU negeri diPadang yang akan
memuluskan langkahnya untuk kuliah dijurusan yang sesuai. Namun amaknya
(ibunya alif) tidak setuju dengan keinginan alif untuk masuk SMU, ibunya
ingin alif menjadi Buya Hamka dan melanjutkan sekolah ke pondok
pesantren.
Karena alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua
khususnya ibu, alif pun menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok.
Atas saran dari pamannya dikairo alif kecil pun memutuskan untuk
melanjutkan sekolah di pondok yang ada di Jawa Timur : PONDOK MADANI.
Walaupun awalnya amak berat dengan keputusan Alif yang memilih pondok di
Jawa bukan yang ada di dekat rumah mereka dengan pertimbangan Alif
belum pernah menginjak tanah diluar ranah minang , namun akhirnya ibunya
merestui keinginan Alif itu.
Awalnya Alif setengah hati menjalani
pendidikan dipondok karena dia harus merelakan cita-citanya yang ingin
kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun kaliamat bahasa Arab
yang didengar Alif dihari pertama di PM (pondok madani )mampu mengubah
pandangan alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama baiknya
dengan sekolah umum. " mantera" sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan
pondok ) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti
berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari dipondok dengan ikhlas
dan bersungguh-sungguh.
Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan,
Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si
jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan di PM tidak semudah
dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan
hapalan Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus belajar berbicara bahasa
Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena PM melarang keras
murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa
Arab dan Inggris. Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada
murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat
peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan
sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif dan ke 5 temannya begitu berat
karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.
Hal yang
paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar
24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus
mempersiapkan mental dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan
tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas
di PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke 5 selalu menyempatkan diri
untuk berkumpul dibawah menara mesjid , sambil menatap awan dan
memikirkan cita-cita mereka kedepan. Ditahun kedua dan seterusnya
kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh pengalaman
menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah
keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu. Semua terasa
begitu kompak dan bersahabat, sampai pada suatu hari yang tak terduga,
Baso , teman alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar
dari PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga.
Kepergian Baso,
membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk
menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita
mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika.
Novel ini
benar-benar memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan
berhasil, bahwa dimana ada usaha disitu ada jalan. Dan ikhlaslah dalam
menjalani apapun yang ada dikehidupan kita, niscaya usaha dan keikhlasan
hati akan diridhoi Tuhan Yang Maha Esa. Buku ini juga mengajarkan saya
untuk : jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan
sungguh Maha Mendengar.
Inilah sedikit sinopsis dari saya tentang
Novel Negeri 5 Menara, semoga dapat menjadi pertimbangan anda untuk
membaca dan merasakan aura semangat pantang menyerah setelah membaca
Novel ini.
Posting Komentar