0
IBU
Pagi ini tak seperti biasanya, dupur begitu sepi padahal jam sudah menunjukkan pukul 05.30. Aku setengah terbangun dengan mata yang masih tertutup karena tdurku yang sangat nyenyak. “Betapa sepi,” pikirku. Kemana ibu? Kok tidak ada yang membangunkanku? Ibu kemana? Biasanya Ibu yang paling dulu membangunkanku, tapi sekarang tidak ada suara itu?
“Ibu… Ibu di mana? Ibu! Mana baju seragamku!“ Setengah berteriak dan marah aku turun dari tempat tdur. “Ibu… Ih dimana sih Ibu! Ibu aku udah kesiangan nih, baju seragamku dimana?“ Aku berteriak sekali lagi sambil masuk ke kamar mandi karena aku harus segera bergegas ke sekolah. “Wah! pas? kena macet lagi ni. Aduh! Gimana ini, aku malu harus kesiangan.” Pikirku sambil menggerutu.
Setelah selesai mandi ternyata Ibu tak muncul juga, akhirnya aku mencari Ibu ke dapur tetapi tidak ada. Kemudian aku cari ke kamarnya, dan betapa terkejutnya aku melihat ibu yang ternyata sedang tergolek di lantai tak sadarkan diri di depan kamar mandi. Aku pun ménangis histeris memanggil-manggil Ibu. Entah sudah berapa lama Ibu pingsan. Aku berusaha untuk menyadarkannya sambil terus memanggil-manggil namanya, “Ibu, Ibu… Bangun Bu! Ibu… Ibu kenapa?“
Dengan setengah kebingungnn aku berusaha berpikir kepada siapa meminta pertolongan, karena aku dan ibu hanya tinggal berdua. Aku adalah anak tunggal, sedang ayahku sudah lama meninggal dunia dan tinggallah kami berdua.
Aku terus berdoa, “Ya Allah… Tolonglah Ibuku, maafkan aku Ibu… Aku tak pernah peduli dengan hatimu, dengan fisikmu yang semakin renta, semestinya seusiaku ini aku sudah dapat menye|esaikan tugasku sendiri. Ibu maafkan aku yang selalu melawan pada nasehatmu. Ya Allah… Kasihanilah dan lindungilah ibuku yang selalu menyayangiku, mengasihiku tanpa pernah meminta balas jasa,ringankanlah bebannya.”
Sejenak kemudian aku teringat harus menelpon “Ua” untuk meminta pertolongannya. Aku pun mancoba menghubungi beliau, namun ternyafa sulit dihubungi. Aku pun berpikir kembali kira-kira kepada siapa aku bisa meminta pertolongan. Dengan ragu aku berpikir bagaimana kalau meminta pertolongan kepada tetangga sebelah rumah, siapa tahu mereka mau menolong.
Setangah berlari keluar rumah aku menuju rumah tetangga sebelahku, Ibu Budi. Dengon ragu dan hati-hati aku ketuk pinfu rumahnya, “permisi… Assalamualaikum, permisi Bu”
“Waalaikum salam, siapa ya?”

Sesaat pintu terbuka dan ternyata Ibu Budi yang membukakan pintu.”Eh, Neng Lisa, ayo masuk Neng, ada apa pagi—pagi, kok enggak sekolah?” Jawab Ibu Budi sambil tersenyum membuka pintu rumahnya labar-lebar mempersilahkan aku masuk.
“Ehm, anu Bu mohon maaf sebelumnya, barangkali tdak mengganggu saya mau minta tolong ke ibu,“ aku 1ersedak karena ingin menangis.
“Ibu pingsan Bu, saya mau minta tolong sama ibu.” Aku sudah tidak kuat lagi menangis menahan kasedihan.
“Ya Allah, di mana Neng? Ayo-ayo sama Ibu.“
Bergegas aku dan Ibu Budi masuk ke rumahku dan nampak Ibu masih tergolek lemas di lantai. Dengan bantuan Ibu Budi akhirnya Ibu dapat ditdurkan di tempat tidur.

Kutatap wajah Ibu, nampak Ibu mulai siuman, perlahan-lahan Ibu membuka matanya, “Di mana Ibu, Lisa? Oh ada Bu Budi lagi, kenapa Ibu, Lisa?“
“Ibu…!” Teriakku sambil menangis kupeluk ibu erat-erat, “Maafkan aku Bu, aku sayang Ibu.”



Posting Komentar

 
Top